Closed dudung closed 6 months ago
$$ \frac{\text{d}x\phi}{\text{d}N} = -3x\phi + \lambda\sqrt{\frac{3}{2}}xV^2 + \frac{3}{2}x\phi \left(2x\phi^2 + \gamma\left(1 - x\phi^2 - x_V^2\right)\right) $$
$$ \frac{\text{d}xV}{\text{d}N} = -\lambda\sqrt{\frac{3}{2}}x\phi x_V + \frac{3}{2}xV\left(2x\phi^2 + \gamma\left(1 - x_\phi^2 - x_V^2\right)\right) $$
$$ F= F{pegas}+ F{redaman} $$
$$ my''=-ky-cy' $$
$$ my''+ky+cy'=0 $$
$$ y" + \frac{c}{m} y' + \frac{k}{m} y = 0 $$
$$ \frac{\partial h}{\partial x} + \frac{\partial M}{\partial x} + \frac{\partial N}{\partial y} = 0 $$
Persamaan tersebut akan didiskritkan menggunakan metode beda hingga dengan mengevaluasi pada ruang (i,j) dan pada waktu ke-n
$$ \frac{\partial M}{\partial t} + \frac{\partial (uM)}{\partial x} + \frac{\partial vM}{\partial y} = -gh \frac{\partial H}{\partial x} - \frac{\tau _{bx}}{\rho} $$
Untuk pendiskritan persamaan tersebut, dibutuhkan kondisi awal M sehingga digunakan IVP
$$ \frac{\partial N}{\partial t} + \frac{\partial (uN)}{\partial x} + \frac{\partial vN}{\partial y} = -gh \frac{\partial H}{\partial y} - \frac{\tau _{by}}{\rho} $$
Untuk pendiskritan persamaan tersebut, dibutuhkan kondisi awal N sehingga digunakan IVP
Arkananta Rasendriya (10220014)
I propose Kronig-Penney model as a system that can be modelled using FDM (Finite Different System). Kronig-Penney model is a model that usually used in solid state physics which is highlighting the periodicity of atomic pattern in a crystal. Kronig-Penney model is powerful to obtaining many solid state properties, such as energy gap, density of states, etc.
Consider a system of crystal has a potential profile like this
Since the electron in a crystal fulfils the quantum mechanic properties, Schrodinger equation must be used. Consider an electron with mass $m$ and energy $E$ moves in a crystal with a potential profile like above.
Schrodinger equation for the region $0 < x < a$ gives
$$ \frac{d^{2}\psi}{dx^{2}} + \frac{2m}{\hbar^{2}} E\psi = 0 $$
Then, Schrodinger equation for the region $a < x < b$ gives
$$ \frac{d^{2}\psi}{dx^{2}} + \frac{2m}{\hbar^{2}} (E-V_{0})\psi = 0 $$
Next, in the sake of simplicity, we can define
$$ \alpha^{2} = \frac{2mE}{\hbar^{2}} $$
$$ \beta^{2} = \frac{2m(E-V_{0})}{\hbar^{2}} $$
and the Schrodinger equations can be converted to
$$ \frac{d^{2}\psi}{dx^{2}} +\alpha^{2}\psi = 0 $$
$$ \frac{d^{2}\psi}{dx^{2}} +\beta^{2}\psi = 0 $$
To solve and interpret the solution of both Schrodinger equations, we can take any "value" of wavefunction at the boundar(ies), such as $x=a$ or $x=b$. Thus, the problem used for this system is Boundary Value Problem.
Reference: https://www.physicsglobe.com/2020/12/the-kronig-penney-model-engineering.html Omar, M. A. (1975), Elementary Solid State Physics: Principle and Application, Addison-Wesley: Massachusets.
$$ \nabla^2 \xi = \mu \epsilon \frac{\partial^2 \xi }{\partial t^2} $$
10219075
Dam break is the result of an instantaneous, uncontrollable releasing of a large reservoir which can be considered as a semi-infinite volume of water in a short time. As a kind of complex rapidly varying unsteady flows, it can lead to numerous casualties and damages. It can also generate intense flooding wave, leading to rapid geomorphic change, erosion and sediment transport. In this process the maximum flow depths, wave propagation velocity and the flow regime highly depend on the irregular topography of the downstream channel. In practice, such an irregular topography is caused by debris in river bed such as buildings and bridges in urban areas which act as an obstacle to the flow. They may increase the water depth and change the flow pattern. The spatial and temporal variations of the water depth and velocity during a dam break event are important parameters in preparation of emergency action plans. Predicting the evolution of free surface, water depths and wave arrival times of a dam break is of a great importance to reduce loss of life and flood damages. So, in recent years great efforts are concentrated on the development of numerical methods for the simulation of this problem. Immediately after the dam break complicated mixing process occurs where, the reservoir water and ambient water interface capturing is very cumbersome.
This problem using Navier-Stokes equation as the momentum equation
$$ \frac{Du}{Dt} = -\frac{1}{\rho} \nabla P + \frac{\mu}{\rho} \nabla^2 \vec{u} + \vec{g} $$
Use BVP : In this research, the dynamic boundary condition is used. The dynamic boundary particles satisfy the same equations as fluid particles. However, they donβt move due to the forces applied to them. When the distance between the fluid particle and boundary particles becomes less than 2h, the density of affected particles increases. This in turn results in an increase in pressure. Due to the existence of the pressure term in the momentum equation, a repulsive force is exerted on the fluid particles.
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0029801820306272?via%3Dihub
$$\frac{dT}{dt} = -k(T_0-T_R)$$
Keterangan: T adalah temperatur t adalah waktu k adalah konstanta pendinginan $T_0$ adalah temperatur awal sistem $T_R$ adalah temperatur ruangan
10220004
Aliran Fluida Inkompressibel 2D dengan menggunakan FDM
Deskripsi Sistem: Dalam situasi aliran fluida inkompressibel 2D, fluida bergerak dalam bidang datar tanpa perubahan densitas. Aliran semacam ini sering ditemukan dalam aplikasi teknik, seperti aliran di sekitar benda padat (misalnya sayap pesawat) atau aliran di dalam saluran.
Persamaan Diferensial: Untuk aliran inkompressibel 2D, persamaan Navier-Stokes diberikan oleh:
$$ [ \frac{\partial u}{\partial t} + u \frac{\partial u}{\partial x} + v \frac{\partial u}{\partial y} = -\frac{1}{\rho}\frac{\partial p}{\partial x} + \nu \left( \frac{\partial^2 u}{\partial x^2} + \frac{\partial^2 u}{\partial y^2} \right) ] $$
$$ [ \frac{\partial v}{\partial t} + u \frac{\partial v}{\partial x} + v \frac{\partial v}{\partial y} = -\frac{1}{\rho}\frac{\partial p}{\partial y} + \nu \left( \frac{\partial^2 v}{\partial x^2} + \frac{\partial^2 v}{\partial y^2} \right) ] $$
Dengan syarat keberlanjutan
$$( \frac{\partial u}{\partial x} + \frac{\partial v}{\partial y} = 0 )$$
Keterangan ( u ): Komponen kecepatan fluida dalam arah x. ( v ): Komponen kecepatan fluida dalam arah y. ( t ): Waktu. ( x, y ): Koordinat spasial. ( p ): Tekanan fluida. (\rho): Densitas fluida, dianggap konstan untuk aliran inkompressibel. ( \nu): Viskositas kinematik fluida, yang merupakan rasio viskositas dinamik terhadap densitas fluida.
Persamaan Navier-Stokes untuk aliran inkompressibel 2D menggabungkan momentum linear dalam arah x dan y, serta prinsip keberlanjutan. Persamaan momentum menggambarkan keseimbangan antara percepatan fluida, konveksi, gradien tekanan, dan viskositas, sementara syarat keberlanjutan memastikan bahwa aliran bersifat inkompressibel.
Penerapan FDM: Menggunakan FDM, kita mendiskritisasi domain ruang menjadi jaringan 2D dengan interval ( \Delta x ) dan ( \Delta y ). Interval waktu ( \Delta t ) juga didefinisikan. Dengan menggunakan skema selisih hingga pusat untuk turunan spasial dan skema selisih hingga maju untuk turunan waktu, kita dapat mendekati solusi pada setiap titik jaringan untuk setiap langkah waktu.
Jenis Persoalan: Dengan kondisi awal dan kondisi batas yang diberikan, seperti kecepatan dan tekanan pada batas domain, masalah ini menjadi masalah nilai awal dan batas (IVP dan BVP).
10219109 Metode Ground Penetrating Radar adalah salah satu metode geofisika yang sering digunakan untuk menganalisis struktur bawah permukaan tanah, dimana alat ini menggunakan persamaan gelombang elektromagnetik yaitu persamaan maxwell, persamaan maxwell sendiri terdiri dari empat persamaan diferensial, empat persamaan differensial ini menyatakan hubungan antara medan listrik dan medan magnet, juga menyatakan arah perambatan pada gelombang elektromagnet, berikut persamaannya
$$ \nabla \bullet E = \frac {\rho} {\epsilon} $$
$$ \nabla \bullet B = 0 $$
$$ \nabla \times E = -\frac {\partial B} {\partial t} $$
$$ \nabla \times B = \mu \sigma E + \epsilon \mu \frac {\partial E} {\partial t} $$
pada kasus ini menggunakan BVP
referensi https://www.academia.edu/download/68491876/BSDG_20Vol11_20No1.pdf
10220035 Terdapat suatu silinder kemudian kita akan menentukan laju aliran kalor (konduksi) antara dua titik ketika silinder tersebut digunakan. Persamaan konduksinya adalah sebagai berikut.
$$ \frac{dQ}{dT} = \lambda A \frac{dx}{dT} $$
Pada kasus ini kita punya syarat awal yaitu $Q(0)=0$. artinya pada saat awal peninjauan (t=0) aliran kalor (Q) adalah nol atau tidak ada aliran panas yang terjadi antara dua titik di dalam silinder yang dipanaskan. oleh karena itu, kita akan memperlakukan permasalahan ini sebagai permasalahan syarat awal (IVP)
Referensi : https://byjus.com/heat-conduction-formula/
β
Terdapat plat dengan ukuran 10x10 cm dengan temperatur 100Β°C pada y=10 cm dan 0Β°C pada batas lainnya. Dilakukan dengan menyelesaikan persamaan Laplace secara analitik menggunakan separasi variabel. Selanjutnya digunakan FDM untuk memperoleh hasil numerik.
Persamaan diferensial:
$$ \frac{\partial^2u}{\partial x^2}+\frac{\partial^2u}{\partial y^2}=0 $$
$$ \frac{\partial^2u}{\partial x^2}=\frac{u{i+1,j}-2u{i,j}+u_{i-1,j}}{\Delta x^2} $$
$$ \frac{\partial^2u}{\partial y^2}=\frac{u{i+1,j}-2u{i,j}+u_{i-1,j}}{\Delta y^2} $$
Permasalahan ini merupakan BVP (boundary value problem) dan IVP (initial value problem) karena luasan dari plat (area perpindahan kalor) harus dibatasi (didefinsikan secara jelas) serta nilai temperatur awal harus diketahui.
Referensi: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/2017/1/012009
$$ \nabla \times \mathbf{E} = -\frac{\partial \mathbf{B}}{\partial t} $$
$$ B = \mu H $$
$$ \nabla \times \mathbf{E} = -\mu \frac{\partial \mathbf{B}}{\partial t} $$
10220042
Persebaran panas pada luas daerah tertentu dapat dideskripsikan dengan persamaan panas yang merupakan salah satu persamaan differensial parsial. Salah satu metode untuk menyelesaikan persamaan differensial parsial yaitu skema Foward-Time Centered-Space (FTCS). Metode FTCS merupakan jenis pendekatan persamaan differensial menggunakan FDM. Titik dasar untuk pendekatan beda hingga dari persamaan diferensial parsial adalah titik ke (π, π) pada kisi. Turunan parsial pertama terhadap waktu didekati dengan aproksimasi forward-time orde pertama dan turunan parsial kedua terhadap ruang didekati dengan aproksimasi centered-space orde kedua. Berikut adalah contoh persamaan FTCS untuk ruang dan dimensi tertentu.
$$ \frac{u_i^{n+1} - ui^n}{\Delta t} = -c \frac{u{i+1}^n - u{i-1}^n}{2\Delta x} + D \frac{u{i+1}^n - 2ui^n + u{i-1}^n}{\Delta x^2} $$
Sistem pesebaran panas ini menggunakan BVP dan IVP karena pada persamaan panas dalam satu dimensi ruang dan waktu perlu syarat batas Dirichlet dan nilai awal yang ditentukan sesuai dengan ruang dan waktu yang akan ditinjau.
Referensi: Hoffman, J. and Frankel, S. (2001). Numerical Methods for Engineers and Scientists, Second Edition,. Taylor & Francis.
10220021 - Ahmad Yusuf Firdaus
Persamaan Kalor Satu Dimensi
Permasalahan yang akan dianalisis pada kali ini adalah distribusi atau perpindahan kalor yang terjadi pada suatu bidang pengantar. Perpindahan panas menjelaskan peristiwa perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material. .
Gambar 1. Aliran panas dalam suatu ruang
Pada kasus tersebut jika terjadi peningkatan suhu pada segmen penampang batang dari π₯ ke π₯ + βπ₯ sebesar satu derajat maka energi panas yang diperlukan adalah sebagai berikut. $πΈ= Ο Γ c Γ A Γ βπ₯. $ Dengan Ο adalah massa jenis benda, c adalah banyak energi panas yang dibutuhkan, A adalah luas penampang, dan βπ₯ adalah jarak perpindahan. Sedangkan jika suhunya yang akan ditingkatkan dari nol ke π’(π₯,π‘) maka energi panas yang diperlukan adalah sebagai berikut. $πΈ= Ο Γ c Γ A Γ βπ₯ Γ π’(π₯,π‘)$ Maka Total energi yang dibutuhkan adalah $|fluks=πΈ(π‘) = β« Ο Γ c Γ A Γ π’(π§,π‘) ππ§, π‘ > 0$ sehingga dapat diperoleh laju perubahan panas sebagai berikut. $\frac{ππΈ}{ππ‘} = β« Ο Γ c Γ A Γ \frac{ππ’(π§,π‘)}{ππ‘} ππ§$ Misalkan π(π₯,π‘) merupakan suatu fungsi fluks panas yang menyatakan jumlah energi panas per satuan luas yang mengalir melewati penampang batang di ruang π₯ saat waktu π‘ menuju kearah sumbu π₯, Maka diperoleh $πΈπππ’ππ = π΄π(π₯,π‘) β π΄π(π₯ + βπ₯,π‘)$ dengan $π(π₯,π‘) = βπΎ\frac{ππ’(π₯,π‘)}{ππ‘}$ sehingga dapat diperoleh persamaan akhir sebagai berikut. $\frac{ππ’((π₯,π‘)}{ππ‘} = πΎ \frac{π^2u(π₯,π‘)}{ππ₯^2}$
Persamaan Ini adalah permasalahan nilai batas (BVP) karena kondisi batas ditentukan pada kedua ujung batang.
Referensi : Sanusi, W., Side, S., Pratama, M., & Fitriyani, F. (2022). Penyelesaian Persamaan Panas Dimensi Satu dengan Metode Beda Hingga Skema Eksplisit. Journal of Mathematics, Computations, and Statistics, 5(2), 91-97.
10220055 Sistem peluruhan radioaktif merupakan suatu proses dimana inti atom yang tidak stabil menjalani perubahan menjadi inti yang lebih stabil dengan melepaskan energi dalam bentuk radiasi. Biasanya, peluruhan ini terjadi dari atom dengan energi ikat yang tidak terlalu kuat meluruh menjadi atom yang memiliki energi ikat yang lebih kuat. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak sekali aplikasi dari proses peluruhan radioaktif. Contohnya pada bidang radioterapi, proses peluruhan radioaktif dapat dimanfaatkan untuk mematikan sel-sel kanker yang mungkin ada di dalam tubuh manusia. Contoh lainnya adalah, peluruhan radioaktif dapat dimanfaatkan untuk mengecek kobocoran pipa dan tangki penyimpanan minyak. Persamaan untuk peluruhan radioaktif dituliskan sebagai
$$ \frac{dN{(t)}}{dt} = -\lambda N{(t)} $$
atau bisa ditulis juga sebagai
$$ N{(t)} = N{(0)} e^{(-\lambda t)} $$
Kasus peluruhan radioaktif lebih baik dipandang sebagai IVP (Initial Value Problem) maupun BVP (Boundary Value Problem). IVP ketika kita mengetahui informasi terkait jumlah zat radioaktif pada waktu awal serta lama waktu peluruhan. Dari sini, kita bisa menebak jumlah berapa jumlah zat radioaktif yang tersisa di akhir nanti. Sedangkan BVP ketika kita mengetahui jumlah zat radioaktif saat awal dan akhir sedemikian sehingga kita tahu telah berapa lama zat radioaktif tersebut meluruh.
Referensi:
10219076 Sistem : Bandul Matematis Sebuah bandul sederhana dari bola kecil bermassa m yang digantungkan pada ujung tali dengan panjang 1 meter yang massanya dapat diabaikan tanpa gesekan udara. Saat bandul disimpangkan sejauh theta maka bandul akan berayun ke kanan dan ke kiri dengan periode tertentu. Simpangan yang diberikan pada bandul menyebabkan gaya total yang bekerja pada bandul menghasilkan gaya pembalik sehingga bandul bekerja secara periodik.
$$ F_x = m \frac{d^2 s}{dt^2} = -mg \sin \theta $$
dengan mensubtitusi s= (l)(theta), akan menjadi
$$ m\frac{d^2(l \theta)}{dt^2} = -mg \sin \theta $$
$$ l \frac{d^2(\theta)}{dt^2} = -g \sin \theta $$
$$ \frac{d^2(\theta)}{dt^2} = \frac{g}{l} \sin \theta $$
Pada kasus ini menggunakan IVP karena panjang tali yang digunakan sudah ditentukan dari awal Link : https://www.scribd.com/document/351846573/Proposal-Pkm-gt-Bandul-Matematis-Differensial-Orde-Dua
$$ Fluks = \frac {\partial E}{\partial t}$$
Jumlah energi panas per satuan luas yang mengalir melewati penampang batang di ruang π₯ saat waktu π‘ menuju kearah sumbu x didefinisikan oleh fungsi fluks panas π(π₯,π‘), sehingga diperoleh
$$ E = KA \frac {\partial u (x + \Delta x, t)}{\partial x} - KA \frac {\partial u (x, t)}{\partial x} $$
dengan menerapkan kedua persamaan tersebut, akan diperoleh persamaan panas dimensi satu:
$$ \frac {\partial u}{\partial t} (x,t) = K \frac {\partial ^2 u}{\partial x^2} (x,t) $$
$$ \frac{\partial^2 y}{\partial t^2} = v^2 \frac{\partial^2 y}{\partial x^2} $$
10220009
Heat Transfer menggunakan FDM
Deskripsi Sistem : Heat transfer merupakan proses perpindahan energi panas dari suatu titik ke titik lain yang memiliki suhu berbeda. Pada sistem ini, kita akan memanfaatkan FDM untuk memahami fenomena heat transfer dan mengetahui suhu di titik tertentu. Pada sistem heat transfer 2D ini, terdapat 3 nilai yang memengaruhi distribusi perpindahan panas yaitu suhu, konduktivitas termal, dan laju pembangkitan energi internal.
The second-degree heat equation for 2D steady-state heat generation can be expressed as,
$$ \frac{\partial^2 T}{\partial x^2} + \frac{\partial^2 T}{\partial y^2} + \frac{q}{k} = 0 $$
T= temperature k=thermal conductivity q=internal energy generation rate
dengan menggunakan ekspansi deret Taylor pada grid, asumsi jarak grid yang seragam (βx=βy), memberikan syarat batas dan menggunakan hukum Fourier untuk konduksi panas, kita mendapatkan persamaan untuk mengidentifikasi nilai suhu pada setiap titik grid
10220056
Pada fenomena transpor polutan, terdapat beberapa fenomena fisis yang perlu ditinjau. Dua fenomena yang paling menonjol adalah difusi dan adveksi. Difusi adalah ketika molekul atau partikel bergerak dari daerah dengan konstrasi yang tinggi berpindah ke daerah dengan konsentrasi rendah untuk mencapai kesetimbangan. Adveksi terjadi karena perbedaan tekanan, suhu, atau sifat lainnya dalam fluida yang menghasilkan perpindahan materi. Pada fenomena transpor polutan juga berlaku hukum kekekalan massa.
Persamaan umum untuk transpor zat terlarut satu dimensi dengan mempertimbangkan difusi-adveksi tanpa istilah sumber adalah sebagai berikut.
$$ \frac{\partial c}{\partial t} = D\frac{\partial^2 c}{\partial x^2} - u\frac{\partial c}{\partial x} $$
Dengan c adalah konsentrasi dari zat terlarut, u adalah kecepatan, dan D adalah koefisien difusi. Persamaan di atas biasa disebut sebagai Advection-Diffusion equation.
Ketika meninjau fenomena transpor polutan, kita tentukan batas tinjauan kita sehingga menggunakan BVP, dan juga kita akan mengasumsikan nilai awal sehingga juga menggunakan IVP.
Referensi: https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1757-899X/1153/1/012003/meta
10219023
Pada sebuah strip metal, jika diberi boundary temperature conditions pada ujungnya (misal pada L=0) tentunya akan terjadi perubahan temperatur. Perubahan temperature ini akan terjadi secara konduksi, yang mana bergantung pada beberapa variabel, boundary condition dari sistem yang kita punya, dan sebaran temperature awal di strip metal yang kita punya. Boundary condition yang dimaksud adalah Temperature awal yang kita berikan di ujung metal dan apakah pada sisi lain metal ada insulasi panas (apakah ada panas yang keluar sistem). Untuk variabel yang kita butuhkan tentunya kita butuh densitas (rho), specific heat (c), dan konduktivitas (k).
Persamaan dari sistem diatas adalah Οc βT/βt = β Β· (k βT)
dimana βT adalah gradien temperature, yang mana merupakan besaran yang akan kita dapat dari persamaan ini. Sedangkan βT/βt merupakan besaran yang dicari menggunakan metode numerik, seperti menggunakan FDM. Intinya variabel βT dan βT/βt merupakan solusi yang kita perlu cari.
Permasalahan ini merupakan permasalahan yang diselesaikan dengan IVP karena kita tidak tahu boundary akhirnya seperti apa, hanya tahu initial temperature-nya saja.
Referensi: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0029549322004952
β’ 10220033 β’ Persamaan Poisson adalah salah satu persamaan differensial parsial eliptik dua dimensi yang umumnya digunakan untuk memodelkan fenomena fisika seperti medan potensial atau distribusi gaya dalam sebuah wilayah. Persamaan Poisson sering digunakan untuk menghitung distribusi potensial di perangkat semikonduktor. β’ $[\frac{\partial^2 u}{\partial x^2} +\frac{\partial^2 u}{\partial y^2}]= f(x, y)]$
β’ Persamaan Poisson dapat ditulis dalam bentuk sistem persamaan linier, yang kemudian dapat diselesaikan menggunakan teknik matriks dan algoritma iteratif. Dengan menggunakan persamaan beda hingga yang sesuai untuk operator Laplace, kita dapat mengubah Persamaan Poisson menjadi sistem persamaan linier, yang kemudian dapat dipecahkan untuk mendapatkan solusi numerik yang mendekati solusi sebenarnya dari Persamaan Poisson dalam domain yang diberikan. -Dalam konteks Persamaan Poisson, karena tidak ada informasi yang diberikan tentang kondisi awal pada suatu waktu tertentu, melainkan kondisi batas pada domain ruang, maka problem tersebut termasuk dalam kategori Persamaan Nilai Batas (Boundary Value Problem - BVP). β’ https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://media.neliti.com/media/publications/195290-ID-penyelesaian-persamaan-poisson-2d-dengan.pdf&ved=2ahUKEwikuMfS7aGCAxWSUGwGHR7vAtEQFnoECAkQAQ&usg=AOvVaw3qy-0szijANeZEQaziVodR
10220037
Sistem fisis yang akan saya coba selesaikan dengan metode FDM adalah sistem banyak benda terkopel pegas dengan derajat kebebasan untuk gerak masing-masing partikel sebear 2 (masing-masing partikel bergerak di bidang x-y). Jumlah benda yang terkopel adalah sebanyak $N$ buah yang tersusun secara seri. Kedua partikel pada tiap ujung sistem (ujung kanan dan kiri) partikel masing-masing dihubungkan dengan pegas yang terhubung dengan, masing-masing, dinding kanan dan kiri. Setiap pegas yang mengkopel dua partikel terdekat memiliki nilai konstanta pegas dan panjang awal pegas (di mana pegasnya relaksasi) bernilai sama. Selain itu, tiap partikel pada sistem identik. Pada kasus ini, interaksi gravitasi diabaikan.
Misalkan $n$ menyatakan indeks partikel ke $n$. Untuk partikel $n$ dengan $n \neq 1$ (ujung kiri) dan $n \neq N$ (ujung kanan), persamaan geraknya diberikan sebagai berikut ini.
$$ \vec{a_n} = -\frac{k}{m} \left( 1 - \frac{l_0}{\left| \vec{rn} - \vec{r{n-1}} \right| } \right) (\vec{rn} - \vec{r{n-1}}) -\frac{k}{m} \left( 1 - \frac{l_0}{\left| \vec{rn} - \vec{r{n+1}} \right| } \right) (\vec{rn} - \vec{r{n+1}}) $$
Dengan $\vec{a}$ menyatakan percepatan partikel, $k$ menyatakan konstanta pegas, $m$ menyatakan massa partikel, $\vec{r}$ menyatakan vektor posisi dan $l_0$ adalah panjang awal pegas. Persamaan tersebut digunakan untuk mensimulasikan gerak sistem melalui metode Euler di mana digunakan pendekatan sebagai berikut
$$ \vec{v}_{n+1} = \vec{v_n} + \vec{a_n} \delta t $$
$$ \vec{r}_{n+1} = \vec{r_n} + \vec{v_n} \delta t $$
Untuk partikel pada kedua ujung sistem, salah salah satu suku pada persamaan gerak di atas merupakan gaya pegas antara dinding terhadap partikel tersebut.
Pada kasus ini, saya akan menggunakan Initial Value Problem. Hal ini disebabkan karena pada kasus ini, akan ditinjau perilaku sistem untuk keaadaan inisial yang berbeda-beda.
Arya, A.P. (1990). Introduction to Classical Mechanics 2nd Edition. Prentice Hall Landau, R. H., PΓ‘ez, M. J., Bordeianu, C. C. (2007). Computational Physics. Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co KGaA
Problem Title: Temperature Distribution in a Rod with Heat Source
NIM: 10220067
Description: Consider a one-dimensional system representing a long rod with a heat source at one end. The rod has a length L and is initially at a uniform temperature T0. At time t=0, a heat source is applied at one end of the rod, causing a temperature gradient along the rod's length. The objective is to determine the temperature distribution within the rod over time, taking into account the heat conduction through the rod's material and the heat source's characteristics.
Differential Equation: The temperature distribution in the rod can be described by the one-dimensional heat conduction equation, which is a partial differential equation (PDE):
βT/βt = Ξ± βΒ²T/βxΒ² + Q(x, t)
Where:
Boundary Value Problem (BVP) or Initial Value Problem (IVP): This problem can be approached as an Initial Value Problem (IVP) because it is concerned with determining the temperature distribution within the rod over time, starting from an initial condition (T0) and evolving it in time due to the applied heat source.
Reference Link: For more information on solving one-dimensional heat conduction problems and numerical methods, you can refer to this resource: https://en.wikipedia.org/wiki/Heat_equation
10220082
Deskripsi
Model reaksi-difusi adalah model matematika yang mendeskripsikan bagaimana konsentrasi dari satu atau lebih substansi terdistribusi dalam ruang berubah karena pengaruh dua proses: reaksi kimia lokal dimana substansi diubah menjadi yang lain, dan difusi yang menyebabkan substansi menyebar dalam ruang.
$$ \partial_t u = D \partial_x^2 u + R(u) $$
Solusi untuk menyelesaikan persamaan tersebut adalah menggunakan BVP
Propose a problem for FDM here.